Daun kemuning melambai-lambai mengikuti ritme dentak hujan. Disudut jendela tampak kucing tua sedang bermalas-malas dengan mata setengah tertutup. Sesekali ia terperanjak mendengar teriakan petir yang makin membahana. Hujan makin menampakkan keberadaanya..
Ku singkirkan si meong dari kusen jendela, lalu menutup jendela rapat-rapat, karena takut kalau-kalau si meong mendadak kena serangan jantung karena bunyi petir yagn kian menjadi-jadi.
Ku taruh si meong di kasur lalu menyelimuti tubuhnya yang menggigil ketakutan.
Aku mengelus leher putihnya hingga ia terhanyut kedalam buaian mimpi.
Ku beralih kemeja empat persegi dan sedikit berantakan. Disana ada beberapa buku dan kertas berhamburan. Entah mau diapakan kertas-kertas naskah itu. lampu bergandul dengan cahaya redup merasa terpojok di pinggir, kalender duduk manis disebelah komputer yang terlihat lesu karena sedari kemarin tak disentuh sang empunya. Wajahnya seperti tukang es cendol yang terpaksa kehilangan pelanggan. Hawa dingin tentu membuat orang enggan mendekat padanya. Ku pandangi si kalender. anggunnya ia sedang bersantai ria.
Ku raih spidol merah, sedikit ku make over si anggun pada angka 14.
Ku buka laci.Mengaduk-aduk isinya hingga benda yang kucari ditemukan di balik beberapa buku yang belum sempat disentuh~ dibaca hingga tuntas. Buku bersampul biru langit dan hiasan pinggir hitam. Ku diam sejenak.
14 feb 2011
Dear deamon...
Enam hari sudah berlalu. Serasa aku telah melalui hidup enam abad lamanya. Selama itu juga hariku begitu sepi, senyap, hambar , hampa, nelangsa. Kemana makhluk itu ?,Aku telah coba mengulik tentang fakta yang bisa dicerna logika. Agar aku terlepas dari nelangsa tak berkesudahan ini. Ku tanya pada angin berhembus petang. Tak ada jawaban yang membuat aku sedikit lega. Ku tanya pada langit langit seolah tak mendengar (peterpan sekali...). ku tegakkan daun telinga agar mendengar obrolan para burung yang hilir mudik tempo hari. Tak ada hasil yeah.. don’t get anything…
Ku ingat beberapa my silliness selama enam hari~yang aku merasanya enam abad itu.
Di hari kedua ku coba mengirimkan pesan-pesan konyol seolah aku telah mengibarkan bendera kekalahan disertai untaian penyesalan yang mendalam.
Tak ada jawaban.
Di hari ketiga ku coba mulai membujuk agar keluar dari perang dingin ini.
Berdamai dengan masa lalu yang mungkin kelabu.
Tetap bisu.
Hari keempat akupun ikut membisu.
Hari kelima ku lontarkan makian dan cacian serta limpahan kekecewaan dan ribuan peluru ancaman!!1 it’s not over guys!!! Liat saja nanti. Ku balas kau.
Tak sedikitpun ada getaran jawaban~walaupun hanya sepotong huruf tak bermakna.
Tampaknya LCD handphoneku yang sudah rusak.okeh.
tak kan lagi begitu.
Kata orang ini hari kasih saying. Bagiku hari ini hari kehilangan.
IT“S OVER!!!... Teriakan ku membangunkan si meong, membuyarkan mahligai mimpinya.
“Meong…meong…meong..”Tiga kali meong berarti menandakan jika dia sangat amat terganggu. Mungkin saja ia tengah bermimpi indah. Sedang berkencan dengan sang kekasih “doraemon” diloteng rumah tetangga. Atau lagi berebut manja tulang ikan yang dikeluarkan sang kekasih dari kantong ajaibnya. Entah. Aku lagi malas bertanya. Ku elusan kepalanya dua kali tertanda maaf, ternyata cukup untuk menebus kesalahanku. Aku tersenyum lega.
Aku menggantikan posisi meong. Kini tubuh hampa ini bergelimang selimut.
Ku hela nafas panjang. Semoga dalam mimpi aku menemukan petunjuk kemana mahkluk itu bersembunyi.
Baru saja aku sampai ditepi pulau mimpi, getaran hebat mengguncang perahu layarku.
Tubuhku terombang –ambing tak karuan. Hingga terpelating dari kemudi.
Aku tersentak. Huufftt… hanya mimpi buruk. Desis ku.
Tapi kenapa getarannya masih terasa? Kurogoh dibawah bantal.
Sial. Ternyata getaran Handphone yagn telah merusak mimpiku. Jangan bilang ini karma yang ku dapat dari meong. Gerutuku sambil membuka kotak masuk dengan muka masam.
Percaya atau tidak ubur-ubur itu akhirnya muncul dari peraduan setelah enam abad tenggelam dalam persemediannya. Seakan nyawaku kembali utuh, ruh-ruh yang berpencar menyatu erat.
Begitu besar dampak dia bagi kesehatan psikisku. Memang sedikit aneh. Aku seperti menemukan kekuatan yagn minggu terkhir ini dirampas waktu.
Nanti aku ceritakan semuanya. Tentang dia.
Sekarang aku harus menghujamkan peluru pertanyaan yang sudah menumpuk diubun-ubun.
Awas saja jika tak ada penjelasan yang membuat gue bisa maafin lo!! Gumam ku sambil mencet tombol-tombol keypad penuh dengan ambisi.
***
0 komentar:
Posting Komentar