Beberapa teman saya menanyakan keberadaan akun facebook. Kok nama loe gak ada?
Yup.
Saya menutup akun facebook. Hanya sementara, jika keadaan sudah pulih dan entah bisa pulih atau tidak. Yang jelas saya tidak akan membuka untuk beberapa waktu kedepan. Mengapa? kenapa?Bagaimana bisa? Jika pertanyaan itu muncul, saya hanya tersenyum dan menjawab "tidak apa-apa". Saya punya alasan yang komplikasi dan jika dijabarkan akan butuh secangkir kopi dan sebatang waktu*hayah!!!
Sayapun mengganti nomer handphone. Dan nomer yang lamapun hanya untuk sementara saja. hingga ada orang yang baik hati membelikan saya hape *sorakin ami..huuuuu
Saya sudah berusaha untuk menikmati hidup. Walaupun kadang rasa ingin keluar dari diri saya sering muncul. Hilangnya kepercayaan kepada diri saya bahkan pada orang lain.
Masalah kemarin membuat saya banyak kehilangan momen bahagia(tepatnya bersyukur).
Saya memang sudah melewati masa sulit itu, walaupun kadang ombak-ombak itu masih bermain-main di pantai tempat saya memulai lagi membangun istana pasir.
Istana yang ia hancurkan beberapa waktu lalu.
Masalah itu seperti tsunami yang menyapu rasa bahagia dan syukur saya.
Saya ini labil, lebay, sensitive, cepet tersinggung, rendah diri, hating myself. iya, kadang-kadang.
Apakah masih ada yang mau berteman dengan orang seperti saya??
Saya menutup diri. Itu yang sedang terjadi sekarang, membuat jarak dalam ukuran yang berbeda-beda.
Saya ingin bahagia dengan diri saya, dengan semua yang telah Tuhan berikan sejak saya bernafas hingga sekarang. yah,,, saya ingin menjadi orang yang lebih bersyukur setiap saatnya, menikmati dan melakukan yang terbaik.
Adalagi yang bertanya ada apa?kenapa di tutup?
Kadang akun tsb hanya ajang pamer, menurut saya, sayapun pernah mengalaminya.
dan saya punya alasan dan tidak biasa saya tulis disini dan saya ucapkan dengan lisan. Cukup saya coret-coret di dinding hati. Tampa seorangpun yang saya ingini untuk mengerti.
Lepas dari itu saya masih ingin mencari harus bagaimanakah saya??
my silly#2
kiara
Hari ini sengaja ku sisihkan waktu untuk mendengarkan siulan angin yang lalu lalang di bawah kiara. Berharap mereka menghembuskan kabar tentangmu.
Rentangan waktu ternyata tak mampu membuat kamu lenyap, Api itu makin menyala. Sepertinya aku telah salah menyiram, mataku tak mampu membedakan mana aqua mana yang petrus..
Kiara masih berdiri kokoh, sama seperti pertama kali kita singgah disini.
Saat itu kita tengah kelimpungan mencari oksigen. tingginya suhu membuat kita semakin haus akan udara. Bagaimana tidak, jika pepohonan telah menjadi beton berlapis baja.
"Ibukota tak hanya krisis ekonomi, tapi juga krisis oksigen" Begitu katamu.
Aku terperangah saat kau memperkenalkan ku dengan kiara. Ia tersenyum ramah menyambut kedatangan kita. Tak pernah bosan tersenyum sembari menghembuskan angin sejuk.
ternyata dugaan ku salah tentangnya. Banyak yang bilang kiara itu menyeramkan, penuh mistis dan angker.
"Sesuatu akan terasa berbeda jika kau mau berpola pikir berbeda pula" Lagi-lagi kau mengerti akan kebingunganku tentang Kiara.
Aku tersenyum ketika kiara mengangguk membenarkan perkataamu barusan.
"Begitu juga dengan hidup, ubahlah pikiran burukmu menjadi baik, maka semuanya pasti akan baik". Ulas mu kemudian.
Beruntung rasanya mengenal kiara dan kamu tentunya. Banyak cerita yang masih terekam fasih di lumbung kenangan.
Aku tersentak, hari sudah mulai gelap. Ternyata sudah 2 jam aku tertidur di sini. Mengapa kiara berubah juga? Ia tidak seramah dulu sama sepertimu. Ia tidak lagi tersenyum. Kesejukannya berubah menjadi bilahan dingin. Teramat dingin.
Itu karena kau tak pernah lagi mengunjunginya. Sebegitu sibukkah? atau ada hal lain yang lebih penting dari kiara?
***
*kiara : pohon beringin
*aqua : Air
*Petrus : Minyak
kord sumbang itu adalah...
Ku buka tirai usangku yang sedikit berdebu. Mataku langsung tertuju pada jendelanya.
aku bersyukur mempunyai sesuatu yang sangat berharga seperti kamu.... :)
Siapa yang tak tersentuh jika mendengar seseorang berkata seperti ini padamu?
Itu yang ia ucapkan di dinding virtualnya. Tutur katanya yang lembut, sikap, senyumnya, membuat aku tak berkutik. Sayangnya untaian aksara itu bukanlah untuk ku.
Mataku berkaca ketika melihat ukiran nama yang tertera disana. Semua kata indahnya itu tertuju hanya untuk sang putri yang memiiliki kharisma yang begitu mempesonanya. Dia yang begitu lembut melayang-layang diantara balon do'a ku. Kemudian meletus untuk detik berikutnya.
Beruntungnya putri itu. Desahku.
Tak lama berselang ku alihkan pandangan pada dinding virtual arai, teman baikku.
"orang klo brasa bnyak nolongin suka tinggi hati,pantes org harus belajar n bnyak memahami ilmu ikhlas,,"Akupun tau siapa orang yang ia maksud. Yah.. itu untuk ku.
Lihatlah, kata-kata yang tak ingin ku dengar tertuju padaku sedangkan kata-kata yang ku ingin dengar bukanlah untuk ku.
Dimatanya aku tinggi hati, pertolonganku tak dihargai? Apa arti sahabat untuk nya?
Aku berusaha memahaminya , apa kah ia memahamiku? Semakin banyak tanda tanya semakin membuat aku letih.
Menyesal telah berbuat baik, itu hanya bagi orang-orang yang tak percaya Tuhan. Bukankah sejatinya Kebaikan Tuhan itulah yang mendasari manusia berbuat baik.Tuhan menitipkan kebaikan yang kemudian akan dibagikan kesemua ciptaaanya yang tersebar dibumi. Untuk apa kita berkoar tentang kebaikan yang kita lakukan?
Berhenti berbuat baik itu sama halnya menghenghentikan denyut nadi.
Berbuat baiklah walapun tak selamanya di tanggapi dengan baik. Mulai menghapus rasa benci, dendam dan membalas dengan hal negatif.
#mencoba berusaha menegarkan diri
Mungkin inilah yang disebut "masalah membuat orang lebih bijak mengambil tindakan"
Aku bersyukur, Emosi ku kali ini terkontrol dengan baik. Inipun berkat orang-orang baik disekelilingku. Aku percaya, kebaikan yang kita berikan suatu saat akan kita terima kembali. Karena itulah aku aku akan berusaha tetap baik-walaupun kadang sulit.
Sulit ku percaya. Orang yang begitu aku sayangi berkata yang membuat hatiku ngilu.
Dalam balutan pilu ku tutup ordeng usang. Menatap langit-langit kamar. Tak ada lagi balon warna warni, tak ada sosok arai si karamat simpai yang ku kenal dulu. yang ada hanya susunan triplek kusam dan renyuh karena tetasan hujan sepanjang pekan ini.
Kemudian aku memejamkan mata dan mulai menguatkan diri dengan kata-kata yang mungkin sedikit mengobati perih semu ini.
TUHAN memberikan cobaan itu pada kita
karena kita kuat.
Karena hanya kita yang mampu bertahan dan tetap kuat dengan itu.
Sulit ku pahami. tapi itulah yang harus ku jalani.
Memahami bahwa tak semua yang diinginkan menjadi nyata, bahwa tak semua untaian berujung manis. Pahit ini ku telan bersama seteguk air ketegaran. Setelah semua ku lahap sekarang aku mulai melangkah melewati batas asa ku.

Sekarang aku mengerti mengapa obat itu pahit. Karena ia dapat menyembuhkan segala rasa sakit. Karena ia membuat tubuh ini semakin kuat dari sebelumnya.
manis tak selamanya rasanya manis, dan pahit pun tak selamanya rasanya pahit. yang nyata hanya rasa syukur.
Jika kita mampu lebih peka dan memahami serta menjalani, mungkin akan lebih baik dari pada hanya menyesali dan menerka yang tak pasti.
Ku katakan lagi pada diriku sendiri bahwa rencana Tuhanlah dibalik semua ini. Tuhan yang telah menaruh segala sesuatu pada tempatnya. Yang mungkin saja sering kita taruh ditempat yang salah. Kebenaran hanya ada Pada-Nya.
Terimakasih untuk balon warna-warni. Kau telah membuat aku lebih mengerti arti menerima. Bagaimana ikut berbahagia diatas kebahagiaan orang lain, meyakinkan bahwa kau memang bukanlah yang Tuhan berikan untukku, dan akan ada seseorang diluar sana yang akan diberikan Tuhan karena aku membutuhkan walapun tak ku inginkan. Dan bahagia pada akhirnya.
Untuk arai teman ku, aku tetap berterimakasih atas teguranmu, mungkin aku memang seperti itu, dan aku akan berusaha memperbaikinya, lebih iklas dalam segala hal.
Kalian adalah orang baik, diciptakan dari sesuatu yang baik dan oleh yang baik.
semoga ini hanya mimpi buruk dan ketika ku terbangun balon warna - warni dan arai ku seperti sedia kala.
NB :Dengan rasa sakit kemudian menelan pil pahit dan rasakan betapa sehat begitu nikmat.
#Semua tulisan ini nasehat untuk diri sendiri, tak ada maksud menyinggung siapapun apalagi menasehati atau menggurui.