Kidung langit masih sama seperti kemarin. Sendu, pucat pasi.Tak ada lagi alunan secondhand serenade. Alunan lainpun tak terdengar.Yah. Aku ingin begini. Sunyi.
Jangan tanya kenapa. Karena kaupun tau alasannya hanya satu. Karena setiap alunan itu terdengar di ketiak telinga, aroma mu menguak kepermukaan. Yah..Aroma unik itu.
Dadaku tiba-tiba ngilu. Seakan ada serbuk lancip menancap disana. Ingin aku berteriak. Akan ku Tanya. Apa salah ku???? Ada apa ini?
Ahhh… Untuk apa aku mengeluh. Kaupun tak pernah peduli.
Lama aku tertegun. Menatap sebuah gerbang dimana ketika kamu dan aku dalam suatu dimensi yang unik.Di lorong yang penuh canda, penuh kisah, penuh mimpi, penuh rasa.
Setiap hulu tapak kakiku, langkahmu seakan berayun gontai disamping, Seirama dengan langkah ku..
Kala spon kuning itu tengah tertawa, dada ku berdetak kencang. Ingat kamu lagi.
Ahh... Aku yang aneh. Mengapa harus kamu?
Sudah ku himpit dan ku tutup rapi. Tetap saja, kau hadir dicelah-celah sekecil tungau.
Ahh.. kau membuat aku tergelak sendiri.
Apa yang tengah kau pikirkan? Apa aku seorang yang buruk bagi mu? Tanda tanya menjogok di pangkal rambut. Menimbullkan dera tak tertahan.
Ahh... Kau yang unik atau memang aku yang aneh? sungguh rasa yang unik.
Dua minggu sudah kau menghilang dalam balutan rindu. Sungguh aku rindu.
Banyak hal yang masih tertunda untuk dilakukan. Rencana yang telah tersusun setengah rapi di ruang bawah tanah. Sangat rahasia. Hanya kau, aku dan keoang lugu itu yang tau.
Tapi kini. Dunia berputar begitu cepat. Merubah raut langit yang ceria menjadi mendung tak karuan.. Dalam hitungan detik saja. Semua gelap. Malam mencekam. Dinginnya mengerat relung pilu.
Ahh.. aku masih saja begitu.
Jarak bukan berarti seberapa jauh, tapi jarak adalah seberapa kuat.
Seberapa kuat kita bertahan. Seberapa kuat kita menahan. Seberapa kuat kita melawan.
Terkadang tubuh tak melulu benar. Gerakan mu seakan dibuat-buat.
Ada hal yang mungkin tengah bersembunyi dibalik kacamatamu yang buram.
Aku tak lagi mengenali mu. Aku tak lagi tahu siapa dirimu itu.
Asa ku tak sampai untuk mengecapnya. Asin asam entah manis, apa pahit? Entahlah… Lidah ku mati rasa.
Aku masih tetap disini. Melayang-layang di ruang hampa udara. Di planet yang telah menyatukan sekaligus memisahkan kita. Mars. Indah bukan? yah.. perih yang indah.
0 komentar:
Posting Komentar