Kau terus berguling pada sumbu lapuk
berkejaran dengan dentak waktu.
Memacu sejam menjadi sedetik saja.
Bagi mu, semua begitu singkat .
Tak ada celah untuk berpangku
Memburu setiap denyut nadi, menguak segala siku, .
mengerat tiap pembuluh
Memaksa cangkang berlari kencang
Memangkas apa-apa yang menghalangi
Dalihmu adalah hal yang absolut
Selalu saja tepat
Begitu saja , tak berkesudahan
Wahai kau penderas..
Apa yang kau cari?
Apa kau pernah melihat
Batapa indahnya pagi ini ? ada siulan burung dipucuk kenari.
Apa kau merasakan
Hangatnya bercakan mentari ?
Wahai kau yang arogan
Pahamilah bahwa tak semua orang sama
Tak ada yang sempurna seperti yang kau mau
Jangan paksa mereka menjadi seperti mu
Hidupnya seakan siksaan bagimu
Yang kemudian kau lumpuhkan uratnya perlahan tapi pasti
Pahamilah bahwa diatasmu ada mata yang selalu mengintai setiap detik
Yang suatu waktu bisa saja menghantammu
Entahlah... Apa yang akan kau lakukan jika kau mendengar rintihan ku ini
Aku tak peduli jika kaupun akan mencincang nadiku menjadi serpihan yang larut bersama santan mendidih dalam belanga yang beralas api
Menjadi santapan malammu.
sang penderas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar