Assalamu'alaikum pa... Sungguh cerah pagi ini. Bagaimana dengan mu? Aku selalu berharap semoga ALLAH mengabulkan do’a-do’a yang ku taruh disetiap sujudku., agar papa senantiasa diberi kelapangan di sana. Di tempat yang dipenuhi dengan kedamaian dan ketentraman. Berharapa suatu saat kita dapat berkumpul seperti dulu lagi. Tentunya di Syurga ALLAH. Amin Ya Rabb.
Pa, tak terasa kita telah berpisah kurang lebih 6 tahun. Ketika itu aku masih berayun di bangku SMP. masih begitu lugu dan bening. Yang mungkin tak lagi kau kenali dimasa sekarang. Anakmu kini telah menjelma menjadi sosok yang sangat berbeda. Sosok yang mungkin akan menghadirkan selaput kekecewaan pada dinding hati mu sebagai seorang ayah.
Bulan ini aku genap berusia 21 tahun. Sungguh pa, aku ingin mendengarkan kisahmu ketika kau berusia seusia ku sekarang. Bagaimana hari-hari yang kau lalui hingga menemui titik balik kehidupan,
Terkadang aku merasa iri ketika seseorang tengah bercengkrama dengan ayahnya. Ketika seseorang bercerita betapa hebatnya papinya. Ketika seseorang berpegang teguh atas dalih dan pituah ayahnya. Ketika ayahnya menghadiri pengambilan rapot dan acara sekolah lainnya. Ketika ayahnya memberikan senyum hangat ketika melihat hasil tes semester itu. Walaupun hasilnya mungkin tak memuaskan, tapi ia tetap tersenyum dan berkata bahwa ia tetap bangga.
Bagi ku papa adalah papa nomer satu. Dengan alasan apapun. Papa tetap papa nomer satu. Walau kebersamaan kita hanya sebentar, tapi banyak hal-hal indah masih rapat terpatri di sanubariku.
Ketika badanku terasa panas, keringat sebesar biji jagung menjogok disela pori. Dan ketika itu aku berada dalam halusinasi yang buruk, aku didatangi sosok yang menyeramkan. Aku disuruh berlari dan menyelesaikan sesuatu entah apa yang jelas itu tak mungkin ku lakukan.
Dan kala itu juga kau bacakan ayat-ayat suci ditelingaku sambil mengelus kepalaku. Seketika semua terasa damai dan hening hingga aku terlelap.
Ketika aku malas makan, kau kepal nasi bercampur garam hingga berbentuk telur. Aku dan adik berebut menunggu kepal-kepal nasi berikutnya. Terasa enak. Begitu enak. Aku rasa tanganmu punya kekuatan magic seperti bumbu dapur. Menyulap nasi dan garam menjadi makanan yang paling lezat.
Aku rindu. Ketika setiap pulang bekerja kau bersiul dan bernyanyi kecil. Aku dan adik berlari membukaan pintu. Menyambut mu dengan pertengkaran kecil karena mungkin kurang cepat membukakan pintu.
Ketika malam tiba diam-diam kau selimuti tubuhku dan menghalau nyamuk-nyamuk nakal yang berkeliaran.
Kau memang tak banyak memberiakan nasehat lewat kata-kata. Tapi lebih dari itu semua yang telah kau lakukkan untuk anakmu lebih dari sekedar kata-kata.
Pa, rasanya aku ingin sekali bercerita tertanda sejak kepergianmu dan hal-hal yang terjadi sesudahnya. Mozaik-mozaik yang kemudian ingin aku ulangi lagi. Setiap lekuk dan bengkok untuk kemudian aku luruskan. Ingin aku pelajari lagi betapa berharganya setiap derak nafas yang bergulir.
Miss u pa.. :*
wassalam.
papa nomer satu sedunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar