Tuhan tau apa yang kita butuhkan , bukan apa yang kita inginkan

.
RSS

Don’t Judge A Book by Its..??



"Tak semua yang hal yang tampak seperti apa yang terlihat".

Sudah lama rasanya tak mencicipi makanan seberang sana, bersama dua kawan yang berbeda aliran dimeja persegi panjang.
Siang ini ritual itu kembali terulang.
Seperti ritual sebelumnya, selalu ada pesugihan hangat untuk diperbincangkan. berdalih dengan bermacam argumen entah berantah. Kisah series yang belum juga menemui kata ending.

Mungkin ini sudah takdir saya, berada dikerumunan mahkluk yang jauh lebih dahulu menghirup oksigen dipermukaan bumi. Mungkin ini adalah skenario TUHAN agar saya dapat belajar dan memetik hikmah untuk bekal meniti jembatan kehidupan. Berbaik sangka membuat sudut-sudut kejadian terasa manis.

Begitu pula siang ini. Di kelilingi orang yang telah banyak mengecap rasa kehidupan membuat saya lebih berhati-hati dalam setiap langkah. Pituah mereka mungkin menjadi suatu kekuatan baru, kedekapan baru dalam hidup yang kadang dipaksa beradaptasi.

Beberapa hari silam genap sudah usia saya ('')*dirahasiakan atas permin yang bersangkutan.hihihi* , usia dimana orang-orang mempertanyakan kehidupan yang menurut saya, saya belum layak berada di zone tersebut. Banyak hal yang mungkin perlu ditimbang, diukur, diamati,dan direncanakan.

Teman saya berujar "jangan terlama, banyak pertimbangan malah jadi bingung. buat apa sih lama-lama? udah yakin tuh jadi ama dia?"

Saya : Jodoh sudah ada yang menentukan.

Teman : iya, tapi manusia berhak berusaha unutk memilih dan menentukan.
Saya : iya, tapi jika sudah berusaha tapi ternyata bukan jodoh ? apa saya masih bilang yakin dengannya?

Baiklah. Saya perjelas. Saya belajar dari pengalaman buruk yang menimpa saya . dari situ dan saat seterusnya saya agak enggan ditanya soal itu. Tapi saya juga manusia dengan berhektar-hektar kekurangan. Saya mulai tergoda dengan segala macam penawaran serba menggiurkan. Kali ini tentunya tidak mau sembrono lagi. Makanya saya tidak mau banyak umbar. Cukup semua saya serahkan pada naskah dalam skenario TUHAN.

Dan satu hal yang masih terniang dan kadang membuat ngilu di telinga.
Seperti yang saya sebutkan di kalimat teratas.
"tak semua yang hal yang tampak seperti apa yang terlihat".

Teman : Orangnya bagaimana? sepertinya galak ya?

Saya : Galak? nggalah, malah jarang sekali marah, berkata kasarpun dia belum pernah kepada saya. Jika marah, dia memilih diam untuk beberapa waktu, setelah itu seperti biasa lagi.

Teman : Ya karena dia menginginkan sesuatu, makanya dia berbuat begitu. Nanti setelah berada dalam suatu ikatan, maka semua akan terlihat jelas. Kalau saya liat dia sangat cemburuan.

Saya : Masa yah?

Teman : makanya buruan dan buktikan kata-kata saya. Jangan salah saya bisa membaca karakter orang.

Saya kilas sedikit tentang teman saya. Saya akui ada orang yang mempunyai suatu bakat membaca karakter orang, atau hal sejenis itu. Tapi tak semuanya juga yang dikatakanya itu melulu benar. Karena kebenaran kan hanya milik ALLAH.

Aku berpikir ini bukan suatu yang patut dijadikan tolak ukur untuk meng-jugde tersangka yang dituduhkan seperti itu. Hati orang sapa yang tau?
Kita sangat familiar dengan kalimat ini " Don’t Judge A Book by Its Cover".
Penampilan bukanlah jaminan untuk menilai seseorang. Tapi kadang kalimat tersebut sering dijadikan sebagai wadah pembelaan diri dan menutupi sebuah fakta.

Contoh yang paling gamblang adalah para penipu atau pencopet atau apalah *intinya ngambil barang orang lain*. Mereka berpenampilan rapi, bersih dan terlihat sopan bersahaja. Pasti kata pertama yang terlontar ini orang baik-baik. Eh,, ngga taunya.... *geleng-geleng*.

Ini pengalaman saya. Ketika berada di tempat umum tampa ditemani siapapun yang saya kenal. Melihat kejadian-kejadian yang kita lihat diberbagai media dan mulut ke mulut, membuat bepergian sendirian itu semacam momok yang sangat menyeramkan. Dengan lagak sok berani saya mencoba melenggang tampa beban. Tapi ga lama saya melihat seorang lelaki separuh baya dengan penampilan berantakan, kumel memperhatikan saya. Sayapun panik dan melangkah lebih cepat. Saya pun berlalu dikerumunan orang dan menaiki bus tujuan saya.
Ternyata orang tadi jugamenaiki bus tersebut. duduk engga jauh dari bangku saya, dia menelpon seseorang sambil sesekali tertawa. Ahh... aku lega. Penilaian ku salah besar. Merasa tidak enak, bapak tiu menatapku seakan membuktikan bahwa kecurigaan ku jelsa salah,hihihi...

Saya memang tidak ahli dalam menilai orang, bahkan untuk diri sendiri saja saya kadang malah tak mengenali.
Kadang saya sulit mengenali sebuah kebenaran, lebih tepatnya fakta. Jika kita mudah percaya akan dibohongi, jika sulit percaya juga, akan ada negative thingking (mungkin tergologn kesana)

Untuk masalah yang sangat sensitive, penentu masa depan dan kehidupan selanjutnya di pengadilan ALLAH, tentunya saya lebih berhati-hati. Saya percaya satu hal, "Orang baik akan mendapat orang baik pula, begitu juga sebaliknya" Mungkin kita lah yang harus bercermin terlebih dahulu.

Pernah seseorang berkata begini
"Hayo... Amie.. udah gede kan? masa ga tau sih mana yang bener mana yang ga?"

jujur, semua terlihat abu-abu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

TM Hendry mengatakan...

Memang susah untuk menilai seseorang tanpa mengenalnya lebih jauh... Terlepas dr itu kita jg harus tw, sifat manusia itu bs berubah, orang jahat jg tdk selamanya bakal jd orang jahat dan sebaliknya, jd kita tdk bs menvonis tanpa bukti nyata...


Btw, mba Ammie lg d jodohin ya? jiehhehehee...

kira mengatakan...

:).. yupssss. lihat luar dalemnya
wah, apa bener dijodohin???

ammie mengatakan...

@ mr TM : heheh,,bener bgt nih bp motivator :)
weeehhh#ekspresi mata melotot
Dijodohkan??? bung ini bukan jaman siti nurlela lagi yg rela-rela nya dijodohkan..hehehhe
@ kira : tuh jadi salah tanggep apa emang kalimat ami yang rancu yah..hihi maaf.. tpi ini bukan soal perjodohan , tapi kawin lari..hahahha *kiding lagi :D*

Followers