Tuhan tau apa yang kita butuhkan , bukan apa yang kita inginkan

.
RSS

...tengoklah...

"Kejarlah duniamu seakan kau hidup selamanya
dan kejarlah akhiratmu seakan kau mati esok"

Di malam yang mencekam

pemuda itu terus menghisap cerutunya.
Mulutnya menganga setiap kali memuntahkan gombolan udara tembakau
Menghiraukan kicauan burung nan syahdu
Mengindahkan pituah si hang
Menepis kesegaran embun pagi

Otak karatnya mencoba mengulik memori yang tersisa
Kata yang pernah terlontar pada sang ilalang
“lihatlah ilalang, suatu saat aku akan merubah semuanya.
Aku buang cerutu , keunikan dan semua larangan kuno mu
Sekarang biarkan aku seperti apa yang aku mau, hidup ku kebahagian ku sesuka apa yang aku mau. Aku masih muda . tubuh ku kuat taka da tandingan.dan masih banyak kesempatan untuk ku.
Jagan pernah usik!! Bentaknya “
Denga lembut ilalang berdesis “tapi waktu mu hanya sebentar pemuda...“
dengan penuh amarah ia cabut ilalang hingga akar-akarnya.
“Selamat tinggal“... ilalang terkulai tak bernyawa....

Lamunannya tersentak
Ada cahaya putih merasuk dipola matanya
Tak alam terlihat sosok laki-laki baya memakai tongkat, baju compang camping, kulit hitam legam penuh lipatan kusut
Berjenggot dan kumis putih tengah terbatuk – batuk....
Huk huk...
“boleh aku minta cerutu mu?“
“siapa kau?“
“bercerminlah, maka kau akan tau siapa aku“

Cahaya itu menghilang sekejap mata.

Tampa ragu ia mengambil cermin
Terlihat jelas disana sosok laki-laki baya tadi tengah meniru gerakan nya

***catatan lama***


“Tua itu pasti, dewasa itu pilihan”
Seperti apakah kedewasaan itu ? coba klik DISINI, sedikit membantu(saya) yang masih jauh dari titik kedewasaan.

***



Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya. Kendaraan berduyun menapaki jalanan. Pandanganku lagi-lagi tertuju padanya. Laki-laki itu...
Dengan tubuh tirus, gelap, bersimbah keringat ia terus berjalan tertatih mendorong gerobak yang berisi tumpukan pisang, mungkin beratnya berlipat-lipat jauh lebih berat dibanding gumpalan tubuhnya. Matanya sayu uratnya tampak mengeras. Sudah pasti benda itu sangat sangat berat. Perjalanan ku terhenti ia pun berlalu. Tapi bayangannya masih terniang menimbulkan tanda tanya.

Seorang yang telah mencapai usia senja mengapa masih saja harus bekerja sekeras itu? kemana anak-anaknya? dimana saudaranya? Rasanya tidak adil, sedang yang muda berleha-leha, berpangku tangan, luntang-lantung tak jelas. Kemana keadilan?
Pernah seseorang berkata "Tidak perlu berkata begitu, mereka sedang menjalani takdirnya sama seperti kita juga tengah menjalani takdir Tuhan".

Entahlah... Mungkin kepekaan saya saja yang berlebihan, tampa tau harus berbuat apa untuk mereka.
Kemarin dosen saya bercerita tentang petinggi negara yang telah menghabiskan triliunan rupiah untuk mendirikan sebuah bangunan(yang nantinya juga tak akan bermamfaat untuk kepentingan umum) yang sampe sekarangpun belum menampaki hasil. Dari pada bikin gedung bertingkat2 itu mending diriin panti asuhan dan panti jompo. Berapa banyak anak-anak yang terlantar dijalanan tampa mendapat sebuah kelayakan hidup? berapa banyak lagi keringat-keringat si tua itu berserakan?

Impian saya suatu saat jika Allah memberikan saya kesempatan saya ingin mendirikan panti asuhan dan panti jompo. Semoga do'a-do'a saya didengar dan suatu hari saat dikabulkan :) Amin...





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Unknown mengatakan...

usia tua belum tentu dewasa.

nashrul mengatakan...

cita-cita mulia...
disayangkan beban kita, tidak diukur dengan kedewasaan, tapi ke-balighan. Jika, kita sudah baligh, saat itulah setiap amalan kita dicatat dan kemudian dihisab.

tulisan-tulisan kamu bagus ya, menggambarkan suasana seolah saya hadir disana, melihat kakek tua renta hadapi kejamnya dunia sendirian.

oya,,, salam kenal dulu+follow

Nashrullah mengatakan...

eh.. lupa, semoga cita2 nya cepat terkabulkan..amin

Followers