Malam makin menitikkan kesunyian. Tikus tirus lelap ditengah tumpukan debu loteng.Mataku menatap langit-langti tampa bintang. Untalan benang warna warni berduyun mengitari saraf. Berteriak mencoba segala usaha agar terpilih untuk kemudian dirajut.
Ia yang tak mampu memutuskan sendirian, tampa ragu memanggilku.Ia menyapaku dengan hangat, berbeda dengan malam sebelumnya. Kini ia tampak lebih ramah. Nafasnya terdengar menggebu. Tampak bersemangat. Akupun ikut senang, kami berdiskusi dalam kegelapan seperti malam-malam sebelumnya.
Kemudian ia bercerita apa yang telah ia alami hari ini. Ia begitu gembira, berambisi. Bukan seperti dia yang biasa.
Aku jadi ingat ketika ia masih berumur 7 tahun, ayahnya membelikannya sepeda. Bagaimana ia begitu gembira. Tak henti mengayuh, bahkan teriknya mentari dan guyuran hujan tak mengendorkan semangatnya. Ia tertawa, akupun ikut tersenyum dibuatnya.
Tapi setelah beranjak tua aku tak lagi melihat semangatnya itu, hingga detik ini bergulir.
Kini, aku menemukannya lagi. Menemukannya yang penuh ambisi.
Lalu aku masih tertegun dalam gelap mendengarkan celotehannya.
Kau tau, hari ini adalah hari yang penuh makna bagiku.
Aku hanya tersenyum. Karena selama berbincang memang dia yang banyak bersuara.
Semua ia urai secara detail. Tak satupun terlewati. Bagaimana ia merancang segala sesuatunya nanti, bagaimana kombinasi warna itu menjadikan untaian benang menjadi baju penghangat, bagaimana ia iangin melakukan perubahan dalam hidupnya.
Ya. Aku sangat memahaminya. Ia yang masih labil, ia yang tak mampu memutuskan sendirian.
Hari ini ia begitu bersemangat, entah besok , entah kejap berikutnya, bisa saja berubah lagi.
Aku berharap semoga ia mulai terbiasa dengan perubahan, mulai. memegang kendali laju kendaraannya, terbiasa memainkan stir dengan baik tampa perlu dampingan untuk memutuskan akses perjalanannya.semoga ia mampu menggunakan spionnya dengan baik., tak lagi ugal-ugalan. Semoga ini akan berlangsung stabil, keadaan seperti ini. Tak kencang dan tak juga pelan. Ia begitu tenang dan menikmati perjalannannya. Walaupun lubang-lubang kecil dan paku sempat menghambat perjalannya, meskipun genangan hujan telah merubahnya ronanya, meskipun debu –debu telah mengusamkan permukaanya. Aku yakin ia mampu melewatinya.
Ia belum juga memutuskan ingin merajut benang yang mana. Ia masiih tertegun dalam pekat malam yang makin meninggi.
Aku mengakhirinya dengan senyuman. Membayangkan gelantungan bintang akan bersinar suatu hari nanti.
Karenanya...
Pagi ini hujan kembali menyelimuti gedung biru, tetes-tetesnya menginspirasi ku untuk mulai mengolah aksara menjadi sesuatu yang mungkin melegakan, di bantu oleh alunan instrumental khas yellowpage.
0 komentar:
Posting Komentar