Bagaimana kabarmu hari ini, ukhti? Sudahkah kau hiasi pagi yang syahdu dengan beningnya suaramu kala lantunkan ayat-ayat dari kitab cinta-Nya? Bahkan burung-burung pun masih setia dalam dzikir syukurnya di antara celah sinar matahari yang menyeruak penangkarannya, tidakkah kau iri pada mereka, saudariku?
Ukhti yang shalehah,
Masihkah hari ini rasa gelisah, bimbang, duka, dan airmatamu menetes karena kerinduanmu dan keinginan bertemu sang pencuri hati? Ya, itu adalah bagian dari fitrah kita. Rasa yang hadir tanpa diduga sebelumnya dan akhirnya menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dari kita. Sebuah fitrah pula kala keresahan dan kehampaan menemani dalam hari-hari penantianmu pada dia yang kau impikan.
Wahai Ukhti yang terpancar keindahan akhlaknya dari ketulusan senyumnya,
Siapa yang memiliki hatimu?
Siapa yang mengaturkan hatinya?
Bukankah tiada kuasa selain Dia yang Maha Pengasih dan CintaNya tak berbatas. Leburkanlah keresahanmu, gelisahmu, rindu, dan tangismu dalam munajat kepada-Nya. Kembalikanlah semua urusan kepada-Nya. Percayalah akan dipilihkanNya yang terbaik untukmu.
Saudariku yang selalu setia dalam setiap langkah kebajikan,
Kadang aku pun bingung atas diriku yang begitu mudah meneteskan airmata ketika satu sisi hati tersakiti oleh makhluk-Nya. Namun begitu jarang linangan airmata kuselipkan dalam sujud-sujud panjang memohonan pengampunan dariNya. Pernahkah ini terjadi padamu juga, ukhti?
Ukhti, sekarang hapuslah airmatamu. Terimalah semua yang terjadi dengan kebesaran hati dan jiwa sebagai bagian dari hidup ini. Sampai akhirnya nanti kita temukan rahasia dan hikmah indah dari titian hidup yang telah kita lewati. Dan senyum bahagiamulah yang ingin kulihat jika saat itu datang, senyum karena telah berhasil kau lewati saat-saat tersulit dalam hidupmu dan kini kau telah memenangkannya.
Tenanglah, ukhti, usah kau risaukan yang akan datang. Bukankah segala sesuatu akan indah pada waktunya. Jika Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kita, lantas kenapa kita harus memaksakan sesuatu yang belum tentu baik agar menjadi milik kita? Kegalauan akan dia; cinta; pasangan jiwa, leburkanlah dalam keikhlasanmu, ukhti. Percayalah Allah akan mendekatkanmu pada pangeran hatimu, jika tidak kini, mungkin nanti. Bukan hanya untuk sekedar pasangan di dunia, tapi seseorang yang nanti dapat membawamu ke tepian surga, bagaikan pangeran berkereta kencana membawamu ke istana dengan kebahagiaan yang baqa.
Senyumlah, ukhti sayang,
Senyum untukku, untuk sahabat-sahabat kita, untuk nikmat yang tak henti kita rasa. Semoga hari ini, besok, dan seterusnya kita akan terus istiqamah di jalan yang diridhai-Nya serta membimbing kita dalam rahmat dan kasih sayangNya.
***
note :pas banget nih..hehehe...
chin up, ukhti
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
dalem banget kata-katanya...^_^
uppss...biar afdol, saya semat "amin", untuk ujung catatannya yh...^_^
aminn.. :)
senangnya baca ini pas mampir.. hehehe adek maaf ya suka telat moderasi komentar... :P komentarmu masuk kok... biasanya baru aku approve in kalau udah mampir di blog yang komen, maaf ya :)
keren tulisannya
Posting Komentar