Sebuah nada mengalun direlung indera. Seketika ku hentikan fungsi organ untuk detik berikutnya
Sejurus ku alihkan semua kendali pada sebuah kotak hampa.
Ku mainkan kuas imajinasiku untuk melukis apa yang tengah terjadi saat itu
Saat kau dan aku duduk bersila di kotak itu. Jutaan kata ribuan tawa ratusan airmata melebur melengkungkan pelangi kehidupan. Kita masih duduk menatap miliaran warna pelangi.
Kita saling beradu saat matahari dan hujan berkelakar, hingga pelangi itu tepat di langit-langit kotak. Dekat, sangat dekat.
Kau tunjuk satu warna untuk ku.
“Aku ingin warna ini akan menerangi malammu, agar kegelapan tak menghampirimu“. Kau tersenyum sambil mengusap keningku yang sedikit kebingungan.
Ku balas dengan senyuman yang berarti ucapan terima kasih. Walapun kau terlalu mengada-ada tapi warna itu jelas telah melahap akal sehatku. Akupun percaya jika warna itu akan selalu menerangi ku diantara kegelapan.
Aku menepis tangan mu.
“Kau tau, tak baik menunjuk pelangi nanti tangan mu akan bengkok“. Kata ku polos.
Kau tertawa simpul.
“Kau percaya?“
“Aku percaya.“
“Mulai detik ini jangan percaya."
"Dari kecil hingga sekarang aku percaya, dan aku tidak mau telunjukku bengkok." Bantah ku.
Kemudian kau menggenggam tangan ku yang tengah berayun di dahan lengan.
Kau lipat jari ku satu demi satu hingga yang tersisa hanya telunjuk.
"Ayo, sekarang tunjuklah warna yang kau mau untuk malamku." Bujukmu.
Aku memutar kepala 90 derajat tepat di batang hidung lancipmu.
Aku menggeleng.
"aku tak bisa."
"Kenapa? kau takut?"
"bukan..." kata ku terhenti ketika sebatang petir menyayat-nyayat lengkungan pelangi.
"Lalu apa?" Nada mu meninggi.
Aku bungkam. Hingga senja menepis terang. Matahari perlahan mundur di ufuk barat.
Aku masih bungkam. hingga kau lelah menunggu sebait kata.
Tatapanmu membuat keretakan di urat mata, Bulir-bulir kristal berjatuhan disela kelopak.
Kau beranjak dari kotak itu berlalu membawa sebuah ketidak pastian.dibenakmu tengah berayun sebuah tanda tanya.
aku masih duduk bersila seperti sedia kala menatap punggung mu yang terlihat semakin kecil hingga lenyap dalam arakan awan.
Kini malam menjelang. Aku masih duduk dikotak beratap kegelapan. Tak ada pelangi, tak ada kata, tawa bahkan airmata. Dan yang paling aku ingat, tak ada lagi sosok matahari ku.
Aku beku dilahap dinginnya malam. Tubuhku tak merasakan apapun. kecuali rasa rindu akan miliaran warna pelangi.
Pelangi yang terbentuk karena pertengkaran hujan dan matahari. aku adalah hujan yang kesepian, dan kau adalah matahari yang berdiri tegak mengisi separuh bumi.Aku tau tak mungkin rasanya kita akan melulu bertengkar, rasanya tak mungkin kita akan berada di medan yang sama.
***
Kau bisa saja merangkai pelangi dengan hujan di hari lain, minggu lain bahkan di windu lain atau hujan yang hadir setiap saat. Bila kau tak suka kau tak akan menghasilkan pelangi. Kau akan cari dan mencari hujan yang menghasilkan pelangi yang dapat membayangi setiap sudut waktu.
Dan aku.hanya salah satu hujan yang muncul di senja yang kelabu. Menghilang di kegelapan malam.
Sialnya aku hanya punya satu matahari. yaitu kau.
alunan nada terhenti, mengalihkan imajinasiku.ku tarik diri dari kotak hingga terpental keluar. Ku tutup kotak hampa.
Aku yakinkan pada diriku. bahwasanya ini hanya sebuah kotak bisu. Tak berarti apa-apa bukanlah apa-apa
Note : terinspirasi dari dari copeland (love affair) dengan lagu ini semua bermula dan berakhir di titik terbalik.
kotak bisu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar