Hei jendela… maaf jika sudah lama tak menjumpaimu.
Rasanya aku telah kehabisan kata untuk kemudian dirangkai menjadi seikat kata, atau apalah namanya.
Mungkin saja otak ku memang sedang waras.
Pernah orang berkata mimpi itu bukan saat kita tertidur, tapi mimpi itu pada saat kita terjaga. Begitu juga dengan kegilaan, gila bukan saat kita tak sadar, tapi gila adalah saat kita sangat-sangat sadar.
Aku gila karena itu aku mampu merangkai apa yang tak diketahui si waras.
Jangan lagi halangi aku karena aku nyaman disini, arena yang sepertinya tak akan tersentuh oleh siapapun. Arena yang dipentaskan dan dimainkan oleh ku seorang. Hanya aku.
Aku siap, sebuah panggung dan aku bermain disana. Memainkan dialog bisu.
Aku bertanya untuk kemudian ku jawab sendiri. Aku menampar dan kesakitan sendiri.
Aku menari dan bersorak kemudian. Aku bilang aku pengagum cinta untuk kemudian ku katakan untuk tidak lagi menyebut cinta. Aku tak suka.
Pertunjukanku sirna setelah sang kuriang menyelesaikan candinya.
Jadi janganlah kalian tipu seperti laku dayang sumbi perempuan cantik itu. Mengelabuhiku dengan gemerlapmu.
Aku tetap akan memainkan apa yang aku yakini.
Lepas ini aku akan kembali normal, izinkan aku menyelesaikannya sebelum matahari hari itu bangkit untuk kemudian memanggangku bersama panggung ini.
Izinkan aku memainkan cerita gila ini. Tentang pertunjukan yang dimainkan oleh aku seorang.
Detik ini antagonis detik lainpun kebalikannya.
Jangan tanya apa yang terjadi. Karena aku benar-benar ingin bermain sendirian saja.
Sendiri, aku ingin sendiri saja....
2 komentar:
kadang-kadang sendiri itu indah.. :)
yup...sendiri itu kadang melegakan,,,,
Posting Komentar